Bagaimana Menjadi Ulama Perempuan?
Foto: Dewan pembimbing bersama alumni pondok putri
Oleh: Muhammad Fahruddin
Sebagian orang tidak menerima ketika mendengar ulama perempuan, Sebutan ulama dalam banyak komunitas Muslim selama ini hanya ditujukan kepada kaum laki-laki dan tidak untuk perempuan.
Kenyataan ini jelas memperlihatkan bahwa kaum perempuan dianggap tidak ada yang layak disebut ulama.
Dengan kata lain, mereka dianggap tidak memiliki kapabilitas intelektual, keilmuan, moral, dan keahlian yang lain. Ini merupakan salah satu fakta peradaban patriarki yang telah berlangsung berabad-abad lamanya. Perempuan dalam peradaban ini sangat dinafikan keberadaannya, dan dianggap terlarang untuk berada pada posisi menafsirkan, memutuskan, dan mengimplementasikan hukum-hukum agama.
Padahal kalau kita tengok sejarah banyak perempuan-perempuan hebat yang menjadi pengaruh pada masanya. Diantaranya adalah Siti Aisyah, beliau dikenal sebagai seorang perempuan yang cerdas. Beliau merupakan pemegang panji ilmu dan pengetahuan serta mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi pada masanya.
Setelah Rasulullah wafat, beliau memiliki peran dalam kehidupan kaum Muslim. Di antara peran itu ialah keterlibatannya dalam mendakwahkan agama Allah, melaksanakannya melalui periwayatan dari Rasulullah, menjawab berbagai pertanyaan kaum perempuan, dan mengajari mereka dengan aneka persoalan agama.
Karena perannya dalam kehidupan umum ini sehingga beliau mendapat gelar Ummul mu'minin dan sebagai ulama perempuan
Lalu bagaimana untuk sekarang? Masih adakah sosok Aisyah sebagai ulama perempuan milineal yang memiliki pandangan kesetaraan gender? Yang memiliki paham setara tanpa memandang sebelah mata antara laki-laki dan perempuan pada zaman sekarang ini?
Menurut Gus ulil absar abdala, setidaknya untuk menjadi ulama, termasuk ulama perempuan. Seseorang harus memenuhi dua hal, sebagai berikut:
Pertama, harus menjadi produsen pengetahuan karena “ciri seorang ulama adalah ia mampu menjadi produsen pengetahuan” tegas Gus Ulil.
Lalu bagaimana untuk menjadi produsen pengetahuan?
Menurutnya setidaknya Seseorang harus menguasai tiga hal untuk menjadi produsen pengetahuan, yaitu:
Pertama, harus menguasai bahasa Arab. Karena tidak bisa dipungkiri kebanyakan literatur pengetahuan Islam itu bahasa Arab, maka sudah menjadi keharusan kita harus menguasai bahasa Arab, salah satu harus menguasai ilmu alat seperti ilmu nahwu dan Sharaf.
Kedua, harus menguasai alat pemikiran yaitu ilmu Ushul fiqh. "Jika anda ingin menjadi produsen pengetahuan maka anda harus menguasai peralatan pengetahuan". Begitu beliau menegaskan.
Setidaknya alat pemikiran paling sederhana yang kita harus kuasai yaitu kitab waroqot kemudian naik sedikit yaitu kitab lubbul Ushul sampai kitab Jamil jawami walupun itu berat untuk dipelajari.
Selain Ushul fiqh ilmu qoidah fiqih dasar juga penting untuk dikuasai seperti kitab faroidul bahiyah sampai lebih atasnya lagi yaitu kitab Al ashbah wanadzoir.
Kemudian ketiga, untuk menjadi produsen pengetahuan yaitu harus menguasai ilmu sosiologi sebagai alat pengetahuan untuk menganalisa keilmuan modern
Dan yang tidak kalah penting sebagai produsen pengetahuan harus mampu mewujudkan fisik pengetahuannya berupa tulisan, karena belum bisa dikatakan sebagai produsen pengetahuan kalau belum bisa menuliskannya
Kedua, menurut Gus Ulil untuk menjadi ulama perempuan itu -untuk saat ini- harus keturunan Ning (putri/ keturunan kyai). Karena ini adalah salah satu cara yang cepat untuk memberdayakan paham kesetaraan gender kepada masyarakat, karena Ning sendiri mempunyai strata sosial yang tinggi dimasyarakat.
Namun, pengertian ini diperluas dengan tidak membatasi Ning secara biologis. Tetapi Ning secara sosial atau dikenal dengan istilah Ning sosial menurut Bu Lies Marcous. Artinya, siapapun bisa menjadi ulama perempuan tidak harus keturunan kyai, tidak harus keturunan ningrat, tetapi siapa saja yang mempunyai akses dan kemampuan sebagaimana Ning secara biologis.
Salam mahasantri Ma’had Aly Kebon Jambu.
Tulisan merupakan refleksi dari penyampaian Gus Ulil Abshar Abdalla dalam pembukaan kuliah Ma’had Aly kebon jambu.