Sejarah Singkat
Kebon Jambu al-Islamy didirikan oleh K.H. Muhammad (Alm) dan Nyai Hj. Masriyah Amva pada tanggal 20 November 1993 di bawah naungan Yayasan Tunas Pertiwi. Pondok pesantren yang sekarang, 1437 H, santrinya telah mencapai lebih dari 800 orang, terletak di Ds. Babakan Kec. Ciwaringin Kab. Cirebon. Dalam sejarahnya, Babakan sering disebut sebagai babak awal perkembangan pendidikan Islam di wilayah Cirebon pada abad XVI dengan tokoh pejuang pertamanya Kyai Jatira.
Pengambilan nama “Kebon Jambu” sendiri dilatar belakangi upaya mengabadikan aspek kesejarahan geografisnya, di mana dahulunya adalah belantara kebun yang diisi pepohonan jambu biji. Nama ini memiliki kemiripan sejarah, sebagaimana Akang—panggilan akrab dan kehormatan K.H. Muhammad—mengasuh sebuah pondok pesantren yang bernama “Kebon Melati” pada tahun 1975 hingga tahun 1993.
Setelah kurang lebih 25 tahun menyelenggarakan dan mengasuh pondok pesantren salaf, yang bernama ”Kebon Melati”, Akang memutuskan untuk mendirikan sebuah pondok pesantren di desa Babakan bagian selatan pada tahun 1993. Pondok pesantren yang selanjutnya diberi nama Kebon Jambu ini, tetap diasuhnya dan tetap mengajarkan kitab-kitab klasik atau kitab kuning dengan metode bandongan dan sorogan.
Sedangkan sebutan Al-Islamy sendiri bukanlah suatu sebutan sembarang yang tanpa sejarah. Mulanya nama pondok ini hanyalah Kebon Jambu. Pada masa awal berdiri, Pondok Kebon Jambu menerima kiriman bantuan buku-buku dan kitab-kitab untuk pembuatan perpustakaan dari suatu lembaga pemerintah di Jakarta. Pada waktu itu team pengirim bantuan buku-buku dan kitab-kitab yang bertugas mencari alamat kebingungan, karena setelah berkeliling mencari-cari pondok yang bernama Pondok Al-Islamy di desa Babakan kecamatan Ciwaringin kabupaten Cirebon ternyata tidak ditemukan. Akhirnya mereka berinisiatif untuk mendatangi balai desa Babakan dan menanyakan langsung kepada aparat desa, ternyata aparat desa pun tidak mengetahui nama pondok Al-Islamy (karena memang tidak ada). Setelah itu, ada dari salah satu aparat yang menanyakan, siapa nama pengasuhnya, disebutkanlah nama KH. Muhammad, maka jadi jelaslah, alamat yang mungkin dimaksud pengirim tersebut adalah Pondok Kebon Jambu (karena hanya ada satu nama pengasuh KH. Muhammad pada masa itu). Setelah kejadian itu, Pondok Kebon Jambu diberi tambahan nama menjadi Pondok Kebon Jambu Al-Islamy. Ini dilakukan agar laporan pengiriman buku-buku dan kitab-kitab telah sampai pada alamat yang dituju, yaitu Pondok Al-Islamy alias Pondok Kebon Jambu Al-Islamy yang diasuh oleh KH. Muhammad.
Di samping dua metode ini yang digunakan dalam mendidik santri-santrinya, Pondok Jambu, nama paling lumrah dikalangan santri, juga menyelenggarakan metode Madrasah, yang bernama Madrasah Tahsinul Akhlak Salafiyah (MTAS) yang berdiri tahun 1987 (pada saat itu masih di pondok kebon melati), dimana pencetus dan sebagai kepala madrasah pertamanya adalah Ust. Nashir (Lemah Abang, Cirebon). Metode yang disebut terakhir ini diperuntukkan bagi santri-santri yang mengkhususkan diri belajar keilmuan Pendidikan Islam. Model pendidikan ini sebenarnya telah berlangsung lama, semasa Akang mengasuh santri-santrinya di Pondok Kebon Melati tahun 1979.
Ketertarikan Akang pada model madrasah ini banyak dipengaruhi oleh pengadopsian model pendidikan Islam tradisional di Babakan sendiri yang sebelumnya telah lahir Madarasah Salafiyah Syafi’iyah (MSS) yang didirikan oleh KH. Abdul Ghoni, KH. Athoillah, KH. Mahsuni pada tahun 1943 M/1362 H. Namun, Faktor terpenting pengadopsian sistem madrasah ini adalah model madrasah yang diselenggarakan oleh Madrasah al-Hikamus Salafiyah (MHS), di mana Akang sendiri merupakan santri yang penah belajar di lembaga tersebut pada tahun 1960 an. Di samping itu, motivasi pendirian juga dipengaruhi tanggung jawab pesantren dalam memfasilitasi santri-santri yang tidak mengikuti sekolah formal. Sistem Madrasah inilah yang kemudian secara kurikulum tidak dipengaruhi oleh kurikukum pendidikan formal, atau berdiri sendiri.
Dengan pola yang dinamis dan disiplin yang tinggi, model pengajaran bandongan (kuliah metode ceramah) dan sorogan (Privat) di pondok ini dijadikan sebagai model pengajaran yang mendapat perhatian yang tinggi. Hal ini sebagaimana diperlihatkan pada kegiatan dua model pengajaran ini yang diselenggarakan setiap setelah shalat wajib. Pengajian model bandongan diselenggarakan setiap ba’da shalat fardlu, yaitu setelah sholat Subuh, Dhuhur, Ashar, dan Maghrib. Sementara itu, model pengajian sorogan diselenggarakan ba’da Isya dan dilakukan oleh semua kalangan santri-santri, baik yang senior maupun santri baru.
Pembelajaran sistem madrasah tersebut dilaksanakan di serambi pemondokan, dan selebihnya di masjid. Ilmu keislaman yang diajarkan sangat beragam, seperti Nahwu, Shorof, tajwid, ilmu tafsir, hadist, ilmu hadist, fikih, ushul fikih, falak, faraidh dan lain-lain yang semuanya bersumber dari kitab kuning atau literatur keislaman klasik.
Pada tanggal 1 November 2006 bertepatan dengan tanggal 9 Syawal 1437 H, pendiri pondok pesantren ini wafat di Rumah Sakit Pertamina Cirebon. Kepemimpinan pondok pesantren selanjutnya dipegang oleh istrinya, Nyai Hj.Masriyah Amva. Untuk mengefektifkan keorganisasian pondok pesantren, dibentuklah Dewan Pengasuh yang dipimpin oleh K.H. Asror Muhammad (Putra ke-2) dan beranggotakan K. Syafi’i Atsmari (menantu), K. Syamsul Ma’arif (menantu), K. Shodikin Ali, dan Ustad Muhyidin (santri senior). Di samping itu, dibentuk pula Majelis pembimbing Pesantren (MPP) yang beranggotakan para alumni yang tinggal di sekitar pesantren yang berfungsi memberikan bimbingan dan arahan secara moril untuk pengembangan pendidikan Islam di pondok pesantren ini.
Sejak pengembangan pola pengelolaan inilah pondok pesantren Kebon Jambu menyerap sejumlah operasional penyelenggaraan pendidikan secara berangsur-angsur, tanpa mengalami pergeseran nilai-nilai dasarnya dengan program unggulan ekstrakulikuler seperti Seni Qiraat al-Qur’an, Seni Dakwah, Seni Kaligrafi, Seni Shalawat, Seni Rebana, Lingkar Budaya Jambu dan Seni Bela Diri Panca Tunggal Serba Guna (PTSG), Misalnya, dalam kurun satu dasawarsa ini, pondok pesantren ini telah menyelenggarakan program pendidikan wajar Dikdas pesetaraan tingkat SLTP dan Paket C serta Madrasah Aliyah Tunas Pertiwi, dan dan lain-lain.
Program pendidikan formal di pesantren ini disesuaikan dengan kurikulum pendidikan nasional. Hal ini dilakukan sebagai upaya menindaklanjuti kebutuhan para santri akan pendidikannya kelak. Pesantren juga memperbolehkan banyak santrinya untuk menempuh pendidikan kesarjanaan (S1, S2 dan S3) di berbagai perguruan tinggi di wilayah Cirebon (izin umum) dan kota lain (izin khusus).